Dalam asma Allah, Al-Ghafar itu
artinya Maha Menutupi/Maha
Pengampun. Asal kata 'Al Ghaffar' itu
adalah sitr dan taghthiyah , artinya
"merahasiakan" atau "menutupi." Jadi,
maghfirah dari Allah itu maknanya adalah
dirahasiakan-Nya dosa-dosa dan
diampuni-Nya dengan karunia dan
rahmat-Nya bukan karena tobat seorang
hamba atau taatnya.
Apa yang ditutupi oleh Allah ada tiga
perkara yang senantiasa ditutupi oleh
Allah SWT. Pertama, Allah Maha menutupi
hal-hal kurang nyaman dipandang, namun
pada saat yang sama Allah
memperlihatkan keindahan. Sesungguhnya
banyak yang tampak di mata kita itu
adalah tutupnya. Yang aslinya kurang
bagus untuk dipandang. Misalnya pada
tubuh manusia, organ kulit untuk menutup
organ-organ yang di dalamnya yang
kurang nyaman apabila terlihat langsung.
Allah Maha Menutupi yang buruk
kemudian Allah berikan keindahan.
Kedua, Allah SWT menutupi apa yang
terlintas dalam pikiran kita. Sehingga
orang lain tidak mengetahui. Bertemu
orang di jalanan ada saja pikiran kita,
misalnya sering terlintas pikiran yang
buruk-buruk. Andai saja Allah tidak
menutupi pikiran kita mungkin akan
banyak perkelahian. Berapa banyak pikiran
yang kotor atau buruk yang tidak diketahui
orang lain padahal Allah Maha Tahu.
Dalam Alqurab surah Qaf: 50-16, "Dan
sesungguhnya Kami (Allah) telah
menciptakan manusia, dan mengetahui
apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan
Kami (Allah) lebih dekat kepadanya
dari pada urat lehernya. Dan dia Allah
mengetahui apa yang ada di lubuk hati
kita."
Allah Maha Tahu apa yang telintas di
pikiran kita. Dan Maha Suci Allah SWT yang
telah menutupinya.
Ketiga, ada pengalaman dan hal-hal buruk
yang ditutupi Allah, dan kita tidak ingat.
Sehingga kita bisa menjalani hidup ini
dengan lebih baik. Ibu-ibu jika ingat terus
waktu melahirkan mungkin tidak ingin
melahirkan lagi. Bila hal-hal buruk terus
teringat tentu kita tidak bisa bekerja.
Keempat, Allah SWT senantiasa menutupi
keburukan, aib-aib masa lalu kita. Ini
adalah hal yang lebih dahsyat dari kasih
sayang Allah SWT. Di mana kekurangan,
dosa-dosa, kesalahan, dan aib-aib kita
ditutupi Allah yang Maha Ghofar. Sehingga
kita tidak tahu sama lain. Kalau saja tidak
ditutupi oleh Allah, sehingga terbeberkan,
mungkin tidak ada satu pun yang mau
mendekati kita.
Allah SWT memperlihatkan ilmu kita yang
sedikit sepertinya manfaatnya besar.
Banyak yang sebetulnya sedikit dalam
pandangan Allah SWT, tapi Allah SWT
memperlihatkan kepada orang lain
menjadi lebih besar, jadilah orang lain
mau menghargai. Misalnya, mengapa
masih ada pemilihan kepala daerah,
karena aibnya masih ditutupi, kalau tidak,
mungkin tidak ada yang terpilih menjadi
pemimpin.
Dengan adanya kesadaran Allah menutupi
keburukan, maka kita tidak boleh menjadi
ujub. Dalam hal penampilan, misalnya,
dengan keindahannya tidak boleh
berbangga diri, apalagi menjadi dosa.
Sangat mudah bagi Allah mengambil
keindahan itu dengan seketika.
Begitu pula apabila terdapat lintasan-
lintasan buruk di pikiran kita. Bila Allah
SWT akan memperlihatkan, maka bisa saja
keluar dari celutukannya karena tidak
disengaja. Makanya segera istighfar ketika
terlintas pikiran itu.
Bila kita sudah mengetahui ilmunya, ketika
dihormati, jangan larut apabila kita
dihormati, ini hanya topeng saja. Kalau
dipuji itu mestinya ciut hati ini, sebab
Allah Maha Tahu yang sebetulnya.
Memang kita lebih suka pujian yang
disangkakan orang, daripada yang
diketahui Allah. Padahal dalam pikiran kita
harusnya bukan yang disangkakan orang
itu, melainkan apa yang diketahui Allah.
Kalau Allah membeberkan aib-aib kita,
tidak ada apa-apanya kita. Satu saja aib
yang dibeberkan Allah, akan terhina dan
dibenci orang-orang.
Maka dari itu, dengan mengetahui asma
ini, jangan sampai mabuk dalam pujian,
mestinya lebih malu merunduk, itu lebih
menyelamatkan.
Semoga Allah Yang Maha Menutupi
keburukan, menggolongkan kita bisa
mengetahui keburukan-keburukan kita,
memberikan kemampuan untuk
memperbaikinya, dan Allah SWT yang
memberikan keindahan bisa memperindah
lahir batin kita. Sehingga kita bisa terbebas
dari sifat munafik yang sibuk senantiasa
ingin kelihatan bagus di hadapan orang
lain, tapi tidak peduli dalam pandangan
Allah SWT.
*Pimpinan Ponpest Daarut Tauhiid
�Pendiri & Pembina DPU Daarut
Tauhiid
Senin, 13 Agustus 2012
Allah Maha Menutupi
Allah Maha Menyaksikan
Seseorang yang tauhidnya
bagus, dapat dipastikan bahwa akhlaknya
juga bisa terjaga. Karena, dia yakin bahwa
Allah Maha Melihat, sehingga dia akan
sibuk dengan Allah SWT tanpa perlu
berakting dan berpura-pura.
"Kamu tidak berada dalam suatu
keadaan dan tidak membaca suatu ayat
dari Al Qur'an dan kamu tidak
mengerjakan suatu pekerjaan,
melainkan Kami menjadi saksi atasmu
di waktu kamu melakukannya. Tidak
luput dari pengetahuan Tuhanmu
biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi
ataupun di langit. Tidak ada yang lebih
kecil dan tidak (pula) yang lebih besar
dari itu, melainkan (semua tercatat)
dalam kitab yang nyata (Lauh
Mahfuzh)." (QS Yunus: 61).
"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci
semua yang ghaib; tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan
Dia mengetahui apa yang di daratan
dan di lautan, dan tiada sehelai daun
pun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh
sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi,
dan tidak sesuatu yang basah atau yang
kering, melainkan tertulis dalam kitab
yang nyata (Lauh Mahfudz)" (QS Al-
An'aam: 59)
Dari kedua ayat diatas, kita bisa
mengetahui bahwa tidak ada satupun
perbuatan yang terjadi melainkan Allah
SWT menjadi saksi. Dan, karena Allah SWT
yang menciptakan dan memelihara segala
sesuatu, maka tidak ada satupun hal yang
luput dari pandangan Allah SWT.
Kita tidak akan pernah tahu sesuatu yang
terjadi di masa depan. Saat ujian, dapat
dipastikan bahwa sebagai murid, kita tidak
akan pernah tahu materi yang nantinya
akan keluar. Tapi satu hal yang pasti, Allah
Maha Tahu. Jadi...bergantung saja pada
Allah SWT, berdoa dengan sungguh-
sungguh, ikhtiar dengan benar dan baik,
dan lakukanlah hal-hal yang Allah SWT
sukai, dan berharaplah semua akan
dimudahkan.
Tetapi, ada yang perlu dijaga yaitu niatan
ibadahnya. Jangan sampai keinginan kita
untuk memperoleh sesuatu membuat
ibadah kita menjadi giat, tapi setelah hal
yang kita inginkan terwujud, ibadah
menjadi kendor.
Misalnya, karena terlilit hutang,
menyebabkan tahajud kita kuat, tapi begitu
hutang lunas, tahajud juga ikut lunas.
Bayangkan, kalau Allah SWT mau, bisa-bisa
kita dibuat terus menerus terlilit hutang,
agar supaya kita menjadi dekat dengan
Allah. Maka dari itu ikhlaslah dalam
beramal, karena Allah SWT semata, karena
Allah SWT Maha Menyaksikan hingga ke
dalam hati kita.
*Pimpinan Ponpest Daarut Tauhiid,
Pendiri & Pembina DPU Daarut Tauhiid

.jpg)